CIRI CIRI HATI SEHAT
Bagaimana keadaan hati yang sehat?
Hati yang sehat, itulah yang akan menghadap
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari kiamat
kelak. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
يَوْمَ
لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88)
“(Yaitu) di hari dimana harta
dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ
سَلِيمٍ
(89)
kecuali orang-orang
yang menghadap Allah dengan hati
yang bersih.”
(Asy Syu’araa’ 26. 88-89)
Hati yang sehat adalah hati yang selamat dari syahwat yang menyelisihi perintah
dan larangan Allah dan selamat dari syubhat yang bertentangan dengan kabar dari
Allah, selamat dari penghambaan pada selain Allah, selamat dari berhukum pada
selain hukum Rasulullah. Hati yang sehat juga selamat dari cinta ibadah yang
menduakan Allah, dari takut ibadah yang menduakan Allah, begitu pula dari rasa
harap yang menduakan Allah. Intinya, segala ubudiyah (penghambaan) hanyalah
ditujukan pada Allah, itulah hati yang selamat.
Demikian kalimat yang mendefinisikan hati yang
sehat sebagaimana diuraikan oleh Ibnul Qayyim.
Dua unsur penting ini dimiliki oleh
orang yang memiliki hati yang sehat.
Dalam ibadah ditanyakan 2 hal, yaitu:
(1) Mengapa dilakukan?
Pertanyaan pertama dimaksudkan apakah
motivasi yang mendorong melakukan amalan tersebut, apakah dilakukan untuk
meraup keuntungan dunia, suka akan pujian manusia, takut pada celaan mereka,
ataukah ingin mendekatkan diri pada Allah.
(2) Bagaimana dilakukan?
Pertanyaan kedua dimaksudkan bagaimana
amalan tersebut dilakukan, apakah sesuai yang disyari’atkan Rasulullah SAW ataukah tidak.
Intinya, pertanyaan
pertama tentang ikhlas dalam amalan, sedangkan pertanyaan
kedua tentang ittiba’/mengikuti ajaran Rasul
n.
Amalan tidaklah diterima melainkan
dengan memenuhi 2 syarat ini.
Sehingga hati yang selamat dan meraih
kebahagiaan adalah hati yang ikhlas dan hati yang berusaha mengikuti setiap
petunjuk Rasulullah SAW dalam amalan ibadah.
Sehingga Ibnul Qayyim pun
mengatakan,
فهذا
حقيقة سلامة القلب الذي ضمنت له النجاة
والسعادة
“Inilah (hati yang ikhlas dan ittiba’) itulah
hakikat hati yang salim, yang akan
meraih keselamatan dan kebahagiaan.”
(Ighotsatul Lahfan, 1: 43).
Referensi:
Ighotsatul Lahfan fii Mashoyidisy
Syaithon, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan kedua,
tahun 1432 H.